FDA Thailand: Inhaler “Hong Thai” Terkontaminasi Mikroba

FDA Thailand

Indonesiaterhubung.id FDA Thailand mengeluarkan peringatan terhadap produk inhaler herbal “Hong Thai” karena terdeteksi kontaminasi mikroba. Simak dampak, penyebab, dan rekomendasi konsumen.

Publikasi terbaru dari Food and Drug Administration Thailand (FDA Thailand) menunjukkan bahwa sebuah batch produk inhaler herbal populer asal Thailand—yakni Hong Thai Herbal Inhaler Formula 2 (nomor registrasi G 309/62). Produk ini terdeteksi mengandung kontaminasi mikroba yang melampaui standar keamanan produk herbal. Informasi ini memunculkan kekhawatiran di antara konsumen dan distributor internasional. Serta menyoroti pentingnya kualitas produksi dan pengawasan bagi produk herbal yang memasuki pasar global.

Latar Belakang Produk

Hong Thai adalah inhaler berskala tradisional yang mengandung campuran minyak atsiri dan ramuan herbal, populer di Thailand dan sebagai produk ekspor atau oleh wisatawan. Produk ini tersedia dalam berbagai formula dan digunakan untuk mengatasi gejala seperti pusing, hidung tersumbat, atau untuk menghirup aroma segar. Meskipun demikian, kualitas produk herbal seperti ini memang telah menjadi perhatian dalam penelitian karena risiko kontaminasi bakteri atau jamur.

Temuan dan Peringatan FDA Thailand

Menurut laporan regulator, sampel dari batch lot 000332 (diproduksi 9 Desember 2024, kedaluwarsa 8 Desember 2027). Ditemukan angka bakteri aerob dan jumlah kombinasi ragi/jamur (yeasts/moulds) yang melebihi batas yang ditetapkan. Selain itu, ditemukan juga keberadaan bakteri genus Clostridium spp., yang seharusnya tidak ada dalam produk yang aman.

Karena hasil tersebut, FDA Thailand memutuskan agar batch tersebut ditarik dari peredaran—jumlah unit yang terpengaruh diperkirakan mencapai ratusan ribu. Regulator juga menyatakan akan mempertimbangkan tindakan hukum terhadap pihak produsen yang tidak memenuhi standar keamanan.

Mengapa Kontaminasi Mikroba Bisa Terjadi?

Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab potensi kontaminasi pada produk herbal seperti inhaler ini antara lain:

  • Bahan baku herbal / rempah yang tidak ter-sterilisasi secara memadai, sehingga mikroba bisa hidup atau tumbuh selama penyimpanan. Penelitian di Thailand menunjukkan bahwa hingga 70 % produk herbal yang diuji memiliki kontaminasi aerob atau ragi/jamur.
  • Proses produksi atau kemasan yang kurang memadai, terutama jika terjadi paparan udara, kelembapan tinggi, atau sanitasi fasilitas produksi yang lemah.
  • Penyimpanan dan distribusi yang kurang optimal—misalnya produk tersebar dalam iklim lembap tropis tanpa kontrol suhu/kelembapan yang ketat.
  • Standar regulasi dan pengawasan yang mungkin belum sepenuhnya tertanam dalam seluruh rantai produksi, terutama untuk produk herbal yang tradisional. Karena di Thailand, produk herbal memiliki regulasi tersendiri di bawah Herbal Product Act B.E. 2562.

Implikasi bagi Konsumen dan Pasar

Kejadian ini memiliki sejumlah implikasi penting:

  • Keamanan konsumen: Inhaler dengan kontaminasi mikroba bisa menimbulkan risiko seperti infeksi saluran pernapasan atau iritasi bagi pengguna, terutama yang memiliki kondisi pernapasan sensitif seperti asma atau sinusitis.
  • Kepercayaan pasar: Produk herbal yang populer dan tersebar secara luas bisa kehilangan reputasi jika ditemukan masalah kualitas—ini bisa berdampak pada ekspor, wisata suvenir, dan brand nasional.
  • Regulasi lebih ketat: Kasus ini bisa menjadi pemicu bagi regulator Thailand dan negara importir untuk memperketat standar pengujian, pelacakan lot, dan sertifikasi kualitas untuk produk serupa.
  • Distribusi lintas negara: Bagi konsumen di luar Thailand yang membeli inhaler tersebut sebagai suvenir atau melalui e-commerce, kejadian ini menjadi peringatan untuk cek keaslian, nomor registrasi, dan batch produk sebelum penggunaan.

Rekomendasi untuk Konsumen

Agar terhindar dari risiko, konsumen dapat melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Periksa nomor registrasi dan batch produk — dalam kasus ini G 309/62. Jika Anda memiliki produk dengan batch 000332, sebaiknya berhenti menggunakan dan cari informasi penarikan.
  2. Beli dari sumber terpercaya, hindari produk tanpa label jelas, nomor registrasi, atau yang dijual dengan harga sangat murah secara online tanpa reputasi.
  3. Perhatikan kondisi fisik produk—kemasan rusak, tertutup rapat, atau aroma berbeda bisa menjadi indikator potensi masalah.
  4. Jika mengalami gejala aneh setelah penggunaan (sensasi iritasi, sesak, batuk berkelanjutan), segera hentikan penggunaan dan konsultasikan ke profesional medis.
  5. Untuk pembelian dari luar Thailand, verifikasi importasi legal karena produk herbal mungkin masuk dalam kategori yang diatur khusus oleh bea cukai atau otoritas negara tujuan.

Pelajaran Penting dan Langkah Ke Depan

Kejadian ini menegaskan bahwa meskipun produk herbal tradisional memiliki daya tarik besar, aspek kualitas dan keamanan tidak boleh diabaikan. Bagi produsen, perlu memastikan:

  • Implementasi Good Manufacturing Practice (GMP) dan sistem kontrol mikrobiologi yang memadai.
  • Proses pelacakan lot dan batch produk agar penarikan dapat dilakukan dengan cepat jika terjadi masalah.
  • Transparansi bagi konsumen melalui label yang jelas, tanggal produksi, expiry, dan nomor registrasi resmi.
  • Bagi regulator, penting memperkuat pengawasan pasca-pasar dan melakukan sampling acak untuk mendeteksi kontaminasi sejak dini.

Kesimpulan

Regulator kesehatan Thailand melalui FDA telah mengumumkan bahwa salah satu batch produk inhaler herbal Hong Thai ditemukan terkontaminasi mikroba, termasuk bakteri dan ragi/jamur melebihi batas aman. Hal ini menjadi alarm penting bagi masyarakat luas—baik di dalam maupun luar Thailand—untuk lebih selektif dalam memilih produk herbal serta menuntut standar kualitas yang tinggi. Bagi produsen dan otoritas regulasi, kejadian tersebut menjadi dorongan untuk terus meningkatkan pengawasan dan kontrol mutu agar kepercayaan konsumen serta reputasi produk nasional tetap terjaga.