Solidaritas Sosial Jadi Kekuatan untuk Hadapi Pandemi Covid-19

17/05/2020, 22:25 WIB
Bagikan:
Penulis Agung Dwi Ertato | Editor Yohanes Enggar Harususilo

Setidaknya, sudah hampir dua bulan setengah sejak kasus pertama diumumkan Indonesia “bertarung” melawan pandemi Covid-19. Selama itu pula, beragam kebijakan sudah diterapkan pemerintah untuk melokalisasi Covid-19 agar tidak menyebar luas.

Seperti kita ketahui, pemerintah sudah menjalankan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dimulai dari Jakarta pada 10 April 2020 dan diikuti oleh daerah-daerah lain di Indonesia.

PSBB diharapkan dapat menghambat penularan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19. Dengan demikian, fasilitas kesehatan tidak mengalami kelebihan kapasitas dan penyakit bisa dikendalikan.

Selama hampir dua setengah bulan ini juga, kita memang kerap disajikan pemberitaan tentang perkembangan Covid-19, persebaran, jumlah orang terkonfirmasi, sembuh, hingga meninggal. Berita-berita ini tentu menimbulkan kekalutan, kesedihan, dan ketidakmenentuan.

Namun, di balik kekalutan dan ketidakmenentuan, kita bisa melihat sisi lain dari pagebluk ini. Kita punya harapan untuk memenangkan pertarungan melawan musuh tak kasat mata.

Banyak kisah kebaikan yang bisa kita petik selama menghadapi pandemi ini. Mulai dari angka kesembuhan yang terus meningkat di Indonesia hingga aksi solidaritas sosial.

Hingga Kamis (14/05/2020), pasien sembuh dari Covid-19 mencapai 3.518 dari 16.006 pasien terkonfirmasi positif. Ini artinya tingkat kesembuhan di Indonesia mencapai 21,9 persen. Angka kesembuhan ini makin mendekati angka kesembuhan di dunia yang mencapai 37,5 persen.

Berita baik lainnya, pemerintah sejak Selasa (12/05/2020) sudah menginstruksikan untuk meningkatkan kapasitas tes Covid-19. Rencananya, pemerintah ingin meningkatkan pemeriksaan menggunakan PCR hingga mencapai 40.000 spesimen per hari.

Tentu kita berharap target peningkatan kapasitas tes tersebut benar-benar segera terwujud. Sebab, bagaimanapun, tes yang masif merupakan instrumen yang wajib dilakukan untuk memenangi pandemi—bersama pelacakan kontak dan karantina mandiri—seperti yang selalu diserukan Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Naiknya solidaritas sosial

Sisi positif lain yang dapat kita lihat dari pandemi ini adalah naiknya solidaritas sosial. Masyarakat sekarang bersatu dari berbagai latar belakang untuk menunjukkan sikap empati.

Berbagai lapisan masyarakat di penjuru Indonesia bahu-membahu membantu penanggulangan Covid-19. Mulai dari gerakan preventif untuk mengampanyekan hidup bersih dan sehat, aksi pemberian bantuan, hingga penggalangan dana dengan berbagai bentuk.

Aksi solidaritas tersebut makin tumbuh ketika memasuki bulan Ramadhan. Momen bulan puasa benar-benar dimanfaatkan untuk saling berbagi melalui zakat, infak, dan sedekah untuk penanganan Covid-19.

Tanpa disadari, Covid-19 telah menumbuhkan pentingnya solidaritas, persatuan, dan kemanusiaan. Dari lapisan masyarakat atas, menengah, dan bawah; dari anak muda hingga kakek-nenek, semua menyingsingkan lengan baju untuk saling membantu.

Semua tindakan positif sangat dibutuhkan untuk menghadapi pandemi ini. Solidaritas sosial merupakan kekuatan utama agar bisa menang melawan Covid-19.

Semoga kabar baik selalu hadir hingga kita bisa terlepas dari pagebluk ini. Dan, saat kita sudah terlepas, semangat solidaritas sosial ini tetap terbawa di normalitas baru setelah Covid-19.