Optimis Raih Cuan di Tengah Pandemi Lewat Online Shop

23/09/2020, 08:05 WIB
Bagikan:
Penulis Arimbi Haryas Prabawanti | Editor Mikhael Gewati

Pandemi Covid-19 belum berakhir dan saat ini masih menginfeksi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data situs Covid19.go.id, memperlihatkan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah.

Data hingga Jumat (03/09/2020) pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), diketahu ada 3.269 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Tanah Air saat ini mencapai 187.537 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Untuk menekan jumlah korban agar tak terus bertambah, pemerintah telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan dilanjutkan dengan new normal atau tatanan normal baru di berbagai daerah.

Adanya pandemi Covid-19 itu ternyata tak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga berimbas pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kondisi tersebut akhirnya membuat banyak karyawan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga berpengaruh pada pendapatan yang menurun.

Dilansir Kompas.com Sabtu (26/06/2020), sebanyak 84 persen masyarakat Indonesia merasakan adanya penurunan pendapatan akibat Covid-19. Bahkan, tiga dari 10 orang mengaku pendapatan mereka berkurang lebih dari 50 persen dibanding sebelum pandemi ini.

Meski begitu, 49 persen masyarakat Indonesia optimis pendapatan mereka akan kembali meningkat dalam enam bulan ke depan.

Berbagai upaya dilakukan masyarakat untuk menstabilkan pendapatan dan kondisi ekonominya di masa pandemi Covid-19 ini. Salah satunya dengan berjualan lewat e-commerce atau berdagang online.

Pasalnya, penjualan digital menjadi solusi tepat karena tidak perlu ke luar rumah, sehingga dapat menghindari risiko penularan Covid-19.

Selain itu, penjualan online dinilai menjadi solusi karena menyediakan cara pembayaran yang lebih praktis melalui perusahaan financial technology (fintech).

Dilansir dari Kompas.com, Minggu (28/06/2020), peneliti Center for Digital Society (CfDS) Tony Seno mengatakan, selama masa pandemi Covid-19 telah terjadi peningkatan transaksi penjualan online di Indonesia sebesar 30 persen.

Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penjualan online pada masa pandemi ini malah melonjak tajam bila dibandingkan dengan penjualan padaJanuari 2020.

Pada Maret 2020, penjualan online melonjak 320 persen, jika dibandingkan dari total penjualan online awal tahun. Lonjakan penjualan online semakin tajam terjadi padaApril 2020, yang meningkat 480 persen bila dibandinkan Januari 2020.

Jika diperinci, pada Maret 2020 penjualan tertinggi ada pada makanan dan minuman, yaitu meningkat 570 persen dari penjualan dipada Januari 2020. Sementara itu, penjualan terendah adalah produk olahraga yang hanya meningkat 170 persen dari penjualan Januari.

Lebih lanjut pada April 2020, penjualan tertinggi masih juga dipegang makanan dan minuman yang melonjak tajam 1070 persen dari penjualan pada Januari 2020.

Online shop dari masa ke masa

Perlu diketahui, online shop atau penjualan daring sebenarnya sudah ada sejak 1970-an.

Menurut pemberitaan Kompas.com, Sabtu (11/07/2020), toko daring pertama kali muncul di Inggris pada 1979, yakni Redifon Computers oleh Michael Aldrich. Lalu sejak 1980, Michael menjual sistem belanja online yang ia temukan di berbagai penjuru Inggris.

Pada 1994 sistem penjualan secara daring terus berkembang, Netscape memperkenalkan Secure Sockets Layer (SSL) encryption of data transferred online.

Netscape memperkenalkan itu karena hal yang paling penting dari belanja daring adalah media untuk transaksi online-nya aman dan bebas dari pembobolan.

Kemudian tahun 2000-an hingga sekarang sistem belanja daring terus meningkat dan berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Republik ini pun menjadi salah satu negara, dengan tren pertumbuhan toko daring atau market place yang begitu pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai macam market place, seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada hingga Shopee.

Nah, kemajuan belanja daring, selain didukung kemajuan teknologi juga ditopang dari kenaikan jumlah pengguna internet.

Survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan, jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 64 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi di Indonesia.

Pada 2015 pengguna internet meningkat hingga mencapai 139 juta atau 50 persen dari total populasi masyarakat Indonesia.

Perkembangan pengguna internet yang terus meningkat itu menjadi potensi besar untuk menyediakan pelayanan online shop atau toko daring.

Keunggulan penjualan online

Dibanding penjualan konvensional atau offline, penjualan online memiliki segmen pasar yang luas karena berasal dari berbagai kalangan masyarakat.

Keuntungan lain yang ditawarkan penjualan online adalah penjual tak harus memiliki atau bahkan menghabiskan uang untuk menyewa toko.

Tak hanya itu, penjualan online juga minim risiko karena jika produk yang ditawarkan tidak menarik minat pembeli, risiko kerugian lebih rendah.

Hal itu karena sebagian besar produk bisnis online hanya berdasarkan pesanan yang masuk. Biaya untuk promosi atau beriklan pada penjualan online juga tidak terlalu besar.

Bahkan, saat ini sudah banyak penyedia layanan jual beli online atau market place, memberikan kebebasan untuk memasarkan produknya secara gratis di platform-nya.

Tak ketinggalan fleksibilitas waktu kerja dan toko yang dapat buka 24 jam menjadi salah satu keunggulan penjualan online.

Tips agar toko online laris-manis

Meski penjualan online menjadi primadona bisnis masa kini, masyarakat perlu mempelajari target pasar agar hasilnya lebih maksimal.

Pertama, penjual online dapat mempelajari target tersebut dalam sebuah analisa strategi bisnis daring sederhana.

Kedua, penjual online perlu membangun reputasi melalui ulasan produk yang ia jual. Penjual bisa membangun reputasi toko online melalui foto produk yang menarik perhatian pembeli. Untuk itu buatlah foto produk Anda sekreatif dan bagus mungkin.

Tinggalkan jejak digital produk yang positif. Ya, dalam dunia belanja online, konsumen memiliki kebiasaan melakukan perbandingan, termasuk membaca ulasan dari pembeli sebelumnya.

Jadikan hal ini strategi untuk meningkatkan penjualan. Apabila selama ini produk minim review atau ulasan, penjual dapat memberikan reminder atau pengingat kepada customer.

Caranya, ingatkan dengan ramah melalui note yang tertera di paket produk atau kirimkan pesan langsung. Ulasan konsumen dapat berupa level tingkat kepuasan dengan tanda bintang, foto atau video produk.

Tentunya, untuk mendapatkan ulasan yang positif, penjual online harus memperhatikan kualitas produk dan memberikan layanan yang memuaskan.

Ketiga, permudah sistem pembelian, karena sistem pembelian yang rumit akan membuat konsumen malas atau bahkan kesal ketika berbelanja.

Sebagai catatan, hal ini berlaku untuk semua sistem belanja, baik itu online maupun konvensional.

Pasalnya, dalam dunia belanja online semua orang menginginkan proses yang cepat, mudah dan aman.

Oleh sebab itu, pastikan penjual online menggunakan sistem yang mudah diakses oleh pembeli. Mulai dari akses detail informasi, foto, harga produk hingga pilihan pembayaran.

Semakin simpel sistem yang diterapkan, maka akan semakin senang konsumen datang berbelanja.

Sebagai contoh, apabila berjualan online melalui platform sosial media, seperti Facebook dan Instagram, pastikan calon pembeli bisa dengan mudah mendapatkan informasi detail produk, harga, cara pembelian, pembayaran, pilihan kurir pengiriman paket.

Keempat, beri kenyamanan dan garansi untuk pembeli. Tidak selalu mudah mendapatkan kepercayaan dari calon konsumen, apalagi jika yang bersangkutan sudah pernah kecewa dengan produk sejenis lainnya.

Oleh karenanya, sebagai penjual, harus mampu meyakinkan calon pembeli untuk melakukan pembelian produk lagi dan lagi. Untuk meyakinkan konsumen, penjual bisa memberikan layanan garansi uang kembali atau ganti produk baru.

Semua upaya tersebut perlu dilakukan agar konsumen tidak ragu membeli produk yang dijual online.